Setelah tampil di film Dear Nathan: Thank You Salma (2022), Jefri Nichol kembali lagi di film yang berjudul Jakarta vs Everybody pada tahun ini. Peran Jefri di film terbarunya ini benar-benar jauh berbeda dengan perannya di Dear Nathan: Thank You Salma. Di film terbarunya, Jefri melakukan banyak adegan vulgar yang cukup mengejutkan.
Film yang disutradarai oleh Ertanto Robby Soediskam ini juga dibintangi banyak aktor ternama. Selain Jefri, Jakarta vs Everybody turut dimeriahkan oleh Wulan Guritno, Ganindra Bimo, Dea Panendra, dan Jajang C. Noer. Film ini bahkan membuat Jefri dan Wulan masuk dalam nominasi Festival Film Indonesia 2021.Jakarta vs Everybody berkisah tentang Dom yang merantau ke Jakarta untuk meraih mimpinya sebagai aktor. Di tengah perjuangannya menjadi aktor yang enggak mudah, Dom nekat mengambil pekerjaan menjadi kurir narkoba di bawah perintah Radit dan Pinkan yang menjadi bandarnya. Lantas, apakah Dom bakal melepaskan mimpinya menjadi aktor?
Bagian awal Jakarta vs Everybody dibuka dengan bagaimana sulitnya Dom dalam mencari pekerjaan sebagai aktor. Namun begitu bertemu dengan Radit dan Pinkan, Dom tanpa pikir panjang mau menjalankan pekerjaan sebagai kurir narkoba karena kondisinya yang benar-benar membutuhkan uang. Nah, dari momen tersebut hingga akhir film, Jakarta vs Everybody lebih fokus memperlihatkan kehidupan sehari-hari Dom sebagai kurir narkoba.
Nonton Jakarta vs Everybody bisa diibaratkan seperti menonton dokumenternya Dom. Enggak heran bahwa penggambaran sisi kelam Jakarta di film ini dibuat serealistis mungkin. Selain itu, permasalahan yang dihadapi Dom, Radit, dan Pinkan juga terbilang masih cukup dekat dengan realitas kelam Jakarta. Jadi, kamu enggak bakal menemukan elemen cerita dramatis dari Jakarta vs Everybody.
Seperti yang telah dijelaskan pada poin sebelumnya, Jakarta vs Everybody seperti menyajikan dokumenter kehidupannya Dom. Kamu bisa melihat bagaimana Dom menjalankan aksinya sebagai kurir narkoba, melihat bagaimana pergolakan batinnya, hingga kehidupan seksnya. Sayangnya, jalan cerita yang ditampilkan terasa begitu lempeng karena kurang mengeksplorasi sisi kriminal seorang kurir narkoba.
Siapa pun pasti tahu bahwa kurir narkoba adalah pekerjaan yang penuh risiko dan pasti menjadi incaran polisi. Benar, Jakarta vs Everybody memang menampilkan adegan yang mana Radit dan Pinkan menyuruh anak buahnya, termasuk Dom, untuk selalu berhati-hati dari pengawasan polisi. Namun, penonton sama sekali enggak diperlihatkan bagaimana gentingnya situasi ketika para kurir narkoba ini berhadapan dengan polisi secara langsung.
Apalagi, ada satu momen yang mana Radit berbicara kepada Dom seperti ini, “Lu bilang lu aktor, ‘kan? Gua butuh keaktoran lu di sini.” Dialog ini seakan menjanjikan penonton bahwa ada saatnya Dom bakal berkelit dari polisi dengan menggunakan kemampuan aktingnya. Kenyataannya tidak ada, guys! Dom hanya sekadar menyamar menjadi orang dengan profesi tertentu, hingga menjadi banci.
Jika sisi kriminal dari kurir narkoba lebih disorot, mungkin bakal menjadi potensi yang lebih besar bagi Jakarta vs Everybody. Padahal, kurir narkoba yang berada di suasana genting karena dibayang-bayangi polisi adalah sesuatu yang realistis bagi pekerjaan tersebut, ‘kan? Sayangnya, film ini malah lebih fokus pada kehidupan seks para karakternya. Seakan Jakarta vs Everybody menjadi ajang bagi para aktor untuk menunjukkan keberanian mereka dalam melakukan adegan panas.
Salah satu hal yang patut diacungi jempol dari Jakarta vs Everybody adalah akting para aktornya yang benar-benar totalitas. Berhubung film ini ditampilkan dengan gaya realistis, para aktor terbilang berhasil menampilkan emosi yang natural selayaknya orang-orang yang sedang berbincang di kehidupan sehari-hari. Saat mereka marah pun masih terlihat wajar dan enggak berlebihan.
Selain menampilkan emosi yang natural, Jefri Nichol, Wulan Guritno, Ganindra Bimo, dan Dea Panendra melakukan adegan yang cukup vulgar di Jakarta vs Everybody. Namun di antara semuanya, Jefri dan Dea yang beradegan paling berani dan cukup bikin tercengang.
Wulan pernah mengungkapkan bahwa dia sempat merasakan kesulitan melakukan adegan intim dengan Jefri karena perbedaan usia mereka yang terlalu jauh. Namun lewat pendekatan sebelum proses syuting, mereka mampu mengatasi kecanggungan tersebut. Buktinya, adegan intim antara karakternya Wulan dan Jefri berhasil ditampilkan dengan baik.
akarta vs Everybody berhasil menampilkan sisi kelam Jakarta dengan cara yang cukup realistis. Namun, alangkah baiknya jika film ini juga menampilkan sisi kriminalnya daripada sisi dramanya. Sehingga, penonton jadi bisa merasakan bagaimana berbahayanya menjalani kehidupan sebagai kurir narkoba dan pesannya pun lebih sampai ke penonton.
Setelah baca review film Jakarta vs Everybody, apakah kamu jadi tertarik menonton film ini? Sebagai informasi, film ini tayang secara ekskluisf di Bioskop Online, ya. Buat yang sudah menonton, jangan lupa tulis pendapat kamu pada kolom komentar!
0 Komentar