Kiprah Kamila Andini sebagai salah satu sutradara Indonesia enggak perlu diragukan lagi. Dua film yang pernah disutradarainya, yaitu The Mirror Never Lies (2011) dan Sekala Niskala (2018), bahkan masuk dalam nominasi Film Terbaik Festival Film Indonesia (FFI). Tiga tahun setelah Sekala Niskala, Kamila comeback dengan film ketiganya yang berjudul Yuni.
Sebelum resmi dirilis secara umum di bioskop Indonesia, Yuni berhasil mendapatkan penghargaan bergengsi dari festival film internasional. Film ini mendapatkan penghargaan “Platform Prize” di Toronto International Film Festival (TIFF) 2021. Lalu, Yuni juga ditunjuk sebagai film perwakilan Indonesia untuk masuk nominasi “Best International Feature Film” Oscar 2022.
Yuni berkisah tentang seorang anak SMA Banten yang berprestasi di sekolahnya. Menjelang kelulusannya, Yuni malah mendapatkan lamaran dari dua laki-laki.
Yuni menolak kedua lamaran tersebut karena masih ingin merasakan kebebasan dan melanjutkan pendidikannya. Namun di lamaran ketiga, Yuni mengalami dilema karena mitos tidak boleh menolak lamaran lebih dari dua kali yang bisa berakibat susah jodoh untuk ke depannya.
Sutradara Kamila pernah mengungkapkan bahwa film Yuni terinspirasi dari kisah asisten rumah tangganya yang sudah punya cucu di usianya yang masih muda. Yuni jelas menampilkan premis yang mengangkat isu tentang pernikahan di bawah umur yang masih dianggap lumrah sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya di pedesaan.
Lepas dari isu tentang pernikahan di bawah umur, Yuni juga menampilkan banyak isu lain yang masih terasa dekat untuk masyarakat Indonesia. Mulai dari isu tentang kebebasan perempuan dalam mengambil pilihan hidupnya, pendidikan seks, bahkan sampai isu LGBT. Menariknya, penggambaran keadaan yang ditampilkan di Yuni benar-benar sesuai dengan realitas, jujur, dan apa adanya.
Ketika menonton film ini, kamu seperti menonton rekaman kehidupan sehari-harinya seorang gadis desa di Serang bernama Yuni. Ketika muncul konflik, konflik yang ditampilkan pun tidak terasa berlebihan atau dibuat-buat seperti film drama kebanyakan. Walau penggambarannya sederhana, film ini mampu membuat penontonnya bisa merasakan pergolakan batin yang dialami oleh Yuni.
Sebelum tampil di Yuni, Arawinda terlebih dulu tampil di film Quarantine Tales (2020). Namun fakta mengejutkannya, Yuni sebenarnya adalah proyek pertamanya Arawinda sebagai aktris. Bahkan pada pengalaman pertamanya sebagai aktris, Arawinda langsung mendapatkan penghargaan bergengsi. Yap, Arawinda berhasil mendapatkan penghargaan “Aktris Terbaik” FFI 2021 lewat perannya di Yuni.
Setelah menonton Yuni, kamu pasti bisa paham, deh, kenapa Arawinda bisa mendapatkan Piala Citra di akting pertamanya. Berperan sebagai Yuni, Arawinda mampu membawakan karakter tersebut dengan begitu sempurna.
Arawinda berhasil menampilkan segala emosi dan ekspresinya Yuni secara organik. Kamu dijamin enggak percaya, deh, bahwa aktingnya Arawinda di film ini ternyata merupakan pengalaman pertamanya membintangi film.
Fakta menarik lainnya adalah Arawinda masih berusia 18 tahun ketika dia menjalani proses syuting Yuni. Namun di usianya yang masih 18 tahun, Arawinda sudah menunjukkan totalitasnya dalam berakting dengan berani melakukan adegan seks.
Tenang saja, adegan seks yang ditampilkan di Yuni enggak terlihat vulgar, kok. Namun jika mengingat filmografinya yang minim, enggak heran bahwa Arawinda diganjar penghargaan Aktris Terbaik FFI 2021.
Film yang mengangkat unsur kebudayaan sudah jadi hal yang biasa. Namun, sutradara Kamila memutuskan memilih kebudayaan dari daerah yang jarang disorot oleh media, yaitu Serang. Lewat film ini, kamu bisa mendengarkan penggunaan bahasa Jawa Serang (Jaseng) di sepanjang filmnya karena Jaseng digunakan sebagai bahasa utama dalam percakapan di Yuni.
Yuni sebenarnya enggak menampilkan kehidupan di pedesaan yang terpencil atau pedalaman. Kondisi yang berada di sekitar Yuni sudah tersentuh oleh teknologi, bahkan dikelilingi oleh industri pabrik. Selain penggunaan bahasa Jaseng, sutradara Kamila juga enggak lupa menambahkan unsur kebudayaan Banten lainnya, sehingga penonton benar-benar merasakan suasana Serang bak aslinya.
Salah satu yang membuat suasana Serang begitu kentara adalah kehadiran adegan yang memperlihatkan Yuni terlibat dalam kegiatan pencak silat. Yuni bahkan ikut tampil mengisi pertunjukkan pencak silat di salah satu pernikahan temannya. Hebatnya lagi, sutradara Kamila juga mengungkapkan bahwa Yuni juga melibatkan aktor yang benar-benar berasal dari Serang.
Setelah menonton Yuni, kamu pasti bisa paham mengapa film ini menjadi wakil Indonesia untuk bersaing di Oscar 2022. Yuni berhasil menyampaikan kritik keras terhadap permasalahan perempuan Indonesia dengan cara yang jujur dan mampu mengaduk emosi.
Setelah baca review film Yuni, apakah kamu jadi tertarik menonton film ini?. Buat yang sudah menonton, jangan lupa tulis pendapat kamu pada kolom komentar, ya!
0 Komentar